A.
Konsep Medis
1.
Definisi
Gastritis
adalah peradangan (inflamasi) dari mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Saydam, 2011). Gastritis
merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan mukos labung sampai terlepasnya epitel akan gangguan
saluran pencernaan. Pelepasan epitel akanmerangsang timbulnya proses inflamasi
pada lambung (Sjamsuhidajat, 2015).
Secara
umum terdapat dua pembagian dari penyakit gastritis yang terdiri dari gastritis
akut dan kronik:
a.
Gastritis
Akut
b.
Gastritis
kronik
Gastritis
merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa lambung yang dapat
bersidat akut, kronis, difus, atau local (Price, 2006). Dua jenis gastritis
yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik
kronis (Price & Wilson, 2006 dalam
Nurarif & Kusuma, 2015).
2.
Etiologi
a.
Gastritis
Akut
Menurut Kumar dalam Buku Ajar Patologi (2007) Penyakit
gastritis akut biasa dikaitkan dengan beberapa hal berikut :
1)
Pemakaian
obat antiimflamasi Non steroid (NSAID), terutama aspirin dalam jumlah yang
besar
2)
Komsumsi
alkohol
yang berlebih, Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar
pada mukosa lambung. Rusaknya sawar
memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung (Ratu, 2013).
3)
Banyak
merokok, asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang
berkontibusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai pembuluh darah ke
lambung mengalami penurunan. Penuruna ini dapat berdampak pada penurunan
produksi mukus yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi.
Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb daripada oksigen
sehingga memungkinkan penurunan perfusi
jaringan pada lambung (Ratu, 2013).
4)
Pemberian
obat kemoterapi anti kanker
5)
Uremia
pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh terutama
saluran pencernaan (gastrointestinaluremik). Perubahan ini dapat memicu
kerusakan pada epitel mukosa lambung
6)
Infeksi
sitemik
7)
Stress
berat. Penyakit
gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stress, karena stress
dapat meningkatkan asam lambung, bahkan juga terjadi pada anak-anak. Gejala yang timbul pada penyakit
gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, dan
mual. Selain
itu penyakit gastritis bisa disebabkan oleh bakteri Hellikobacter pylori
(Misnadiarly, 2009)
8)
Iskemia
dan syok
9)
Upaya
bunuh diri dengan larutan asam basah
10) Setelah
gastrektomi distal disertai refpluks bahan yang mengadung empedu
b.
Gastritis
Kronik
Secara umum gastritis kronik disebabkan karena
infeksi kuman helicobacter pylori namun
dapat pula terjadi karena komsumsi alkohol yang
berlebihan, merokok dan refluks emperdu kronis dengan kofaktor H.Pylori (Price, 2006).
3.
Manifestasi Klinis
Nyeri
lambung atau epigastrikpain merupakan gejala klinis yang paling sering umum
ditemukan pada gateritis akut. Gejala klinis lain meliputi mual, muntah, pusing, malaise, anoreksia
dan hiccup (cuguen). Pada gasteritis kronis kadang tidak menimbulkan gejala
yang begitu berat (Diyono, 2013). Selain itu pada gastritis
kronis terdapat keluhan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, bersendawa,
rasa asam dimulut, atau mual dan muntah. Dan asien gastritis kronis akibat
defisiensi vitamin biasanya diketahui mengalami malabsorpsi vitamin B12 (Nasar, 2010).
Tanda dan gejala Gastritis yaitu mual muntah, kembung,
penurunan berat badan, nyeri tekan pada epigastrium, lambung merasa penuh,
perut keroncongan, bersendawa, sering kentut. Pada Gastritis akut tanda dan
gejala yang muncul adalah mual muntah, penurunan berat badan, nyeri tekan pada
epigastrium.
Kebanykan
gastritis tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya berupa keluhan
tidak khas. Keluhan yang sering dihubungkan dengan gastritis adalah nyeri panas
dan pedih di ulu hati disertai mual kadang-kadang sampai muntah.
Keluhan-keluahan tersebut sebenarnya tidak berkolerasi baik dengan gastritis.
Keluhan- keluhan tersebut juga tidak dapat diguunakan sebagai alat evaluasi
keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisik juga tidak dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan hispatologi. Sebaiknya
biposi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan update Sydney system yang mengharuskan mencamtumkan topografi,
gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat-erosion, raises erosion, pendarahan, edematous
rugae. Perubahan perubahan histopatologi selain menggambarkan perubahan
marfologi sering juga dapat menggambarkan proses yang mendasari, misalnya
otoimun, atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan perubahan yang terjadi
berupa degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi
sel monokuler, folikel limpid, atrofi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel
endokrin, kersakan sel parietal. Pemeriksaan histopatologi sebaikknya juga
menyertakan pemeriksaan kuman helicobacter pylori (Sudoya, 2007).
4.
Patofisologi
Mukosa lambung yang mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat-obatan
anti inflamasi
nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini dapat menimbulkan
reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan
sekresi asam lambung. Ion H+ yang merupakan susunan utama asam lambung di
produksi oleh sel parietal lambung dengan bantuan enzim Na+/K+ ATPase.
Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan
persyarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stres, marah melalui saraf
parasimpatik vagus akan terjadi peningkatan
transmitter asetikolin, histamine, gastrin releasing eptide yang dapat
meingkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ion H+ yang tidak diikuti peningkatan
penawarnya seperti postaglandin, HCO3 +, mukus akan menjadikan lapisan mukosa
lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi. Peningkatan
sekresi lambung dapat memicu rangsangan serabut aferen nervus vagus yang menuju
medulla oblongata melalui kemoreseptor yang banyak mengandung neurotransmitter
epinefrin, serotonin, GABA sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual dan
muntah. Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi. Sedangkan
muntah selain mengakibatkan penurunan asupan nutrisi juga mengakibatkan
penurunan cairan tubuh dan cairan dalm darah (hopovolemia). Kekurangan cairan
merangsang pusat muntah untuk meningkatkan sekresi antidiuretik hormon (ADH)
sehingga terjadi retensi cairan,
kehilangan Nacl, NaHCO3 berlebihan ditambahkan dengan kehilangan natrium lewat
muntah maka penderita dapat jatuh hiponatremia.
Muntah juga mengakibatkan penderita kehilangan K+
(hipokalemia) dan penderita dapat jatuh pada kondisi alkalosis yang diperburuk
oleh hipokalemia. Muntah yang tidak terkontrol juga dapat mengancam saluran
pernapasan melalui aspirasi muntahan. Perbaikan sel
epitel dapat dicapai apabila penyebab yang menggerus di hilangkan. Penutupan
celah yang luka dilakukan melalui migrasi sel epitel dan pembelahan sel yang
dirangsang oleh insulin seperti growth factore dan gastrin (Ratu, 2013).
5.
Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif (2015) dalam buku aplikasi asuhan
keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda pemeriksaan penujang terdiri
atas:
a.
Pemeriksaan
darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antiobodi H. pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien perna kontak dengan bakteri
tersebut. Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
b.
Pemeriksaan feces
untuk memeriksa adanya H. pylori dalam feces
atau tidak
c.
Endoskopi
saluran cerna atas untuk melihat ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat pada sinar X
d.
Ronsen
saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diinta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini kan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat jelas ketika di ronsen.
6.
Penatalaksanaan
Dalam 1-3 hari pada umumnya lambung dapat memperbaiki
mukosa yang rusak secara mandiri. Tindakan keperawatan untuk mendukung proses
ini adalah dengan menghentikan asupan makanan iritatif seperti rokok, alkohol, kopi,
dan sejenisnya. Bila ada perdarahan maka sebaiknya pasien dipuaskan. Obat-obat untuk menetralkan
asam lambung seperti aluminium
hidroksida atau antacid dibutuhkan bila penyebab gasteritis sangat iritatif.
Terapi suportif seperti pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) analgetik sedatif, antacid
dan terapi intravena perlu dilakukan bila ada indikasi terjadi kondisi yang
lebih buruk seperti dehidrasi, perdarahan hebat, syok.
Pada gasteritis kronis modifikasi gaya hidup yang
kurang sehat adalah utama. Menghentikan gaya hidup yang kurang sehat adalah hal
utama. Menghentikan kebiasaan minum alkohol, merokok, kopi
sangat penting dilakukan selain juga mengatur diet dan mencukupi kebutuhan
istirahat. Bila ditemukan adanya kontaminasi oleh bakteri Hekicobakter pylory
maka dapat dilakukan eradaksi dengan
pemberian antibiotik (seperti tetracycline atau amocxilin, dikombinasi
clarithromyin) dan proton pump inhibator (seperti lansoprazole, garam
bismuth ) (Diyono, 2013).
Selain itu
berdasarkan penelitian yang dilakuak oleh seorang ilmuan mesir Dr. Zakariah
Khayyat menjelaskan bahwa unur seng (zinc) dalam madu memiliki peran penting
dalam meningkatkan antibody yang menjadi hal pokok dalam mencegah kanker. Dan kandungan
lain seperti karbohidrat, protein, mineral, dan berbagai unsure penting seperti
potassium, tembaga, zat
besi, magan, krom memiliki khasiat yang sangat penting.
Para peneliti
lainnya juga sepakat dan berpendapat bahwa empat sendok madu sehari dapat
mengobati luka dalam lambung. Hal itu memungkinkan karena madu memiliki fungsi
sebagai berikut:
a.
Menghilngkan
bakteri dari dalam lambung
b.
Terserapnya
madu ke bagian dinding atas lambung, tidak hanya membunuh bakteri namun juga
dapat mencegah radang lambung
c.
Menstabilkan
pencernaan dan mencegah infeksi
Sesuai dengan Hadist Riwayat Bukhari yang berbunyi:
“Kesembuhan
ada dalam tiga hal : Hijamah (Berbekam), meminum madu dan menyetrika dengan api.
Namun aku melarang umatku berobat dengan cara menyertika dengan api” (HR.
Bukhari).
“Hendaknya
kalian menggunakan dua obat: Madu dan Al-Quran” (HR. Ibnu Majah)
Dari penelitian yang telah dilakukan telah
membuktika kebenaran hadist tentang manfaat yang luar biasa dari mengonsumsi
madu (Asy-Syahawi,
2011). Sehinggadapat menjadi obat herbal dalam pengobatan
gastritis.
Asy-syahawi,
Majdi Muhammad. 2011. Ingin Sehat? Berobat dengan Al-Quran dan Madu. Jakarta:
Gema Insani
Depkes RI. 2008. Profil PP&PL. (Online) avalaible on http://www.pppl.depkes.go.id
Diyono &
Sri .2013. Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Pencarnaan. Jakarta: Kencana
Kumar, Vinay
Dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins
Edisi 7 Volume 2, Jakarta: EGC
Misnadiarly.
2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Nasar, I Made
Dkk. 2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus)
edisi 1. Jakarta: Sagung Seto
Nurarif, Amin
Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi
Asuhakn Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi
Jilid 2. Yokyakarta: Media Action
Price, Sylvia
Anderson dkk. 2006. Patofisologi: Konsep
Klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Pratiwi,
Wahyu. 2013. Hubungan Pola Makan dengan
Gastritis pada Remaja di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Yajanti
Tangerang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesahatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ratu, R Ardian. & Adwan, G Made. 2013. Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Saydam. 2011. Memahami Berbagai Penyakit
(Penyakit Pernapasan dan Gangguan Pencernaan). Bandung : Alfabeta.
Sjamsuhidajat,
R. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC
Sudoya, Aru w
Dkk. 2007. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jild 1 edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Syuaib,
Miswani Mukani, 2015. Fisiologi.
Makassar: Alauddin University Press
No comments:
Post a Comment