GASTRITIS (Radang Lambung) - Mading UNSA

Mading UNSA

Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Breaking

Home Top Ad

Friday, May 24, 2019

GASTRITIS (Radang Lambung)





Hasil gambar untuk gastritis adalah
A.      Konsep Medis
1.    Definisi
Gastritis adalah peradangan (inflamasi) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Saydam, 2011). Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukos labung sampai terlepasnya epitel akan gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akanmerangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sjamsuhidajat, 2015).
Secara umum terdapat dua pembagian dari penyakit gastritis yang terdiri dari gastritis akut dan kronik:
a.         Gastritis Akut
b.        Gastritis kronik
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa lambung yang dapat bersidat akut, kronis, difus, atau local (Price, 2006). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis (Price  & Wilson, 2006 dalam Nurarif & Kusuma, 2015).

2.      Etiologi
a.         Gastritis Akut
Menurut Kumar dalam Buku Ajar Patologi (2007) Penyakit gastritis akut biasa dikaitkan dengan beberapa hal berikut :
1)        Pemakaian obat antiimflamasi Non steroid (NSAID), terutama aspirin dalam jumlah yang besar
2)        Komsumsi alkohol yang berlebih, Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada mukosa lambung. Rusaknya  sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung (Ratu, 2013).
3)        Banyak merokok, asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang berkontibusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai pembuluh darah ke lambung mengalami penurunan. Penuruna ini dapat berdampak pada penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi. Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb daripada oksigen sehingga memungkinkan penurunan  perfusi jaringan pada lambung (Ratu, 2013).
4)        Pemberian obat kemoterapi anti kanker
5)        Uremia pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinaluremik). Perubahan ini dapat memicu kerusakan pada epitel mukosa lambung
6)        Infeksi sitemik
7)        Stress berat. Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stress, karena stress dapat meningkatkan asam lambung, bahkan juga terjadi pada  anak-anak. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, dan mual. Selain itu penyakit gastritis bisa disebabkan oleh bakteri Hellikobacter pylori (Misnadiarly, 2009)
8)        Iskemia dan syok
9)        Upaya bunuh diri dengan larutan asam basah
10)    Setelah gastrektomi distal disertai refpluks bahan yang mengadung empedu
b.        Gastritis Kronik
Secara umum gastritis kronik disebabkan karena infeksi kuman helicobacter pylori namun dapat pula terjadi karena komsumsi alkohol yang berlebihan, merokok dan refluks emperdu kronis dengan kofaktor H.Pylori (Price, 2006).
3.    Manifestasi Klinis
Nyeri lambung atau epigastrikpain merupakan gejala klinis yang paling sering umum ditemukan pada gateritis akut. Gejala klinis lain meliputi mual, muntah, pusing, malaise, anoreksia dan hiccup (cuguen). Pada gasteritis kronis kadang tidak menimbulkan gejala yang begitu berat (Diyono, 2013). Selain itu pada gastritis kronis terdapat keluhan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa asam dimulut, atau mual dan muntah. Dan asien gastritis kronis akibat defisiensi vitamin biasanya diketahui mengalami malabsorpsi vitamin B12 (Nasar, 2010).
Tanda dan gejala Gastritis yaitu mual muntah, kembung, penurunan berat badan, nyeri tekan pada epigastrium, lambung merasa penuh, perut keroncongan, bersendawa, sering kentut. Pada Gastritis akut tanda dan gejala yang muncul adalah mual muntah, penurunan berat badan, nyeri tekan pada epigastrium.
Kebanykan gastritis tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya berupa keluhan tidak khas. Keluhan yang sering dihubungkan dengan gastritis adalah nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai mual kadang-kadang sampai muntah. Keluhan-keluahan tersebut sebenarnya tidak berkolerasi baik dengan gastritis. Keluhan- keluhan tersebut juga tidak dapat diguunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisik juga tidak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan hispatologi. Sebaiknya biposi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan update Sydney system yang mengharuskan mencamtumkan topografi, gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat-erosion, raises erosion, pendarahan, edematous rugae. Perubahan perubahan histopatologi selain menggambarkan perubahan marfologi sering juga dapat menggambarkan proses yang mendasari, misalnya otoimun, atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan perubahan yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel monokuler, folikel limpid, atrofi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel endokrin, kersakan sel parietal. Pemeriksaan histopatologi sebaikknya juga menyertakan pemeriksaan kuman helicobacter pylori (Sudoya, 2007).

4.    Patofisologi
Mukosa lambung yang mengalami  pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat-obatan anti inflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini dapat menimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung. Ion H+ yang merupakan susunan utama asam lambung di produksi oleh sel parietal lambung dengan bantuan enzim Na+/K+ ATPase. Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan persyarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stres, marah melalui saraf parasimpatik vagus akan terjadi peningkatan  transmitter asetikolin, histamine, gastrin releasing eptide yang dapat meingkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ion H+ yang tidak diikuti peningkatan penawarnya seperti postaglandin, HCO3 +, mukus akan menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi. Peningkatan sekresi lambung dapat memicu rangsangan serabut aferen nervus vagus yang menuju medulla oblongata melalui kemoreseptor yang banyak mengandung neurotransmitter epinefrin, serotonin, GABA sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual dan muntah. Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi. Sedangkan muntah selain mengakibatkan penurunan asupan nutrisi juga mengakibatkan penurunan cairan tubuh dan cairan dalm darah (hopovolemia). Kekurangan cairan merangsang pusat muntah untuk meningkatkan sekresi antidiuretik hormon (ADH) sehingga terjadi  retensi cairan, kehilangan Nacl, NaHCO3 berlebihan ditambahkan dengan kehilangan natrium lewat muntah maka penderita dapat jatuh hiponatremia.

Muntah juga mengakibatkan penderita kehilangan K+ (hipokalemia) dan penderita dapat jatuh pada kondisi alkalosis yang diperburuk oleh hipokalemia. Muntah yang tidak terkontrol juga dapat mengancam saluran pernapasan melalui aspirasi muntahan. Perbaikan sel epitel dapat dicapai apabila penyebab yang menggerus di hilangkan. Penutupan celah yang luka dilakukan melalui migrasi sel epitel dan pembelahan sel yang dirangsang oleh insulin seperti growth factore dan gastrin (Ratu, 2013).
5.      Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif (2015) dalam buku aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda pemeriksaan penujang terdiri atas:
a.         Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antiobodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien perna kontak dengan bakteri tersebut. Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
b.        Pemeriksaan feces untuk memeriksa adanya H. pylori dalam feces atau tidak
c.         Endoskopi saluran cerna atas untuk melihat ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat pada sinar X
d.        Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diinta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini kan melapisi saluran cerna dan akan terlihat jelas ketika di ronsen.


6.    Penatalaksanaan
Dalam 1-3 hari pada umumnya lambung dapat memperbaiki mukosa yang rusak secara mandiri. Tindakan keperawatan untuk mendukung proses ini adalah dengan menghentikan asupan makanan iritatif seperti rokok, alkohol, kopi, dan sejenisnya. Bila ada perdarahan maka sebaiknya  pasien dipuaskan. Obat-obat untuk menetralkan asam lambung seperti  aluminium hidroksida atau antacid dibutuhkan bila penyebab gasteritis sangat iritatif. Terapi suportif seperti pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) analgetik sedatif, antacid dan terapi intravena perlu dilakukan bila ada indikasi terjadi kondisi yang lebih buruk seperti dehidrasi, perdarahan hebat, syok.
Pada gasteritis kronis modifikasi gaya hidup yang kurang sehat adalah utama. Menghentikan gaya hidup yang kurang sehat adalah hal utama. Menghentikan kebiasaan minum alkohol, merokok, kopi sangat penting dilakukan selain juga mengatur diet dan mencukupi kebutuhan istirahat. Bila ditemukan adanya kontaminasi oleh bakteri Hekicobakter pylory maka dapat dilakukan eradaksi  dengan pemberian antibiotik (seperti tetracycline atau amocxilin, dikombinasi clarithromyin) dan proton pump inhibator (seperti lansoprazole, garam bismuth ) (Diyono, 2013).
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakuak oleh seorang ilmuan mesir Dr. Zakariah Khayyat menjelaskan bahwa unur seng (zinc) dalam madu memiliki peran penting dalam meningkatkan antibody yang menjadi hal pokok dalam mencegah kanker. Dan kandungan lain seperti karbohidrat, protein, mineral, dan berbagai unsure penting seperti potassium, tembaga, zat besi, magan, krom memiliki khasiat yang sangat penting.
Para peneliti lainnya juga sepakat dan berpendapat bahwa empat sendok madu sehari dapat mengobati luka dalam lambung. Hal itu memungkinkan karena madu memiliki fungsi sebagai berikut:
a.         Menghilngkan bakteri dari dalam lambung
b.        Terserapnya madu ke bagian dinding atas lambung, tidak hanya membunuh bakteri namun juga dapat mencegah radang lambung
c.         Menstabilkan pencernaan dan mencegah infeksi
Sesuai dengan Hadist Riwayat Bukhari yang berbunyi:
“Kesembuhan ada dalam tiga hal : Hijamah (Berbekam), meminum madu dan menyetrika dengan api. Namun aku melarang umatku berobat dengan cara menyertika dengan api” (HR. Bukhari).
“Hendaknya kalian menggunakan dua obat: Madu dan Al-Quran” (HR. Ibnu Majah)
Dari penelitian yang telah dilakukan telah membuktika kebenaran hadist tentang manfaat yang luar biasa dari mengonsumsi madu (Asy-Syahawi, 2011). Sehinggadapat menjadi obat herbal dalam pengobatan gastritis.

Sumber:
Asy-syahawi, Majdi Muhammad. 2011. Ingin Sehat? Berobat dengan Al-Quran dan Madu. Jakarta: Gema Insani
Depkes RI. 2008. Profil PP&PL. (Online) avalaible on http://www.pppl.depkes.go.id
Diyono & Sri .2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencarnaan. Jakarta: Kencana
Kumar, Vinay Dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2, Jakarta: EGC
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Nasar, I Made Dkk. 2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus) edisi 1. Jakarta: Sagung Seto
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhakn Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yokyakarta: Media Action
Price, Sylvia Anderson dkk. 2006. Patofisologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Pratiwi, Wahyu. 2013. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Remaja di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Yajanti Tangerang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesahatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah  Jakarta
Ratu, R Ardian. & Adwan, G Made. 2013. Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saydam. 2011. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan Gangguan Pencernaan). Bandung : Alfabeta.
Sjamsuhidajat, R. 2015.  Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC
Sudoya, Aru w Dkk. 2007. Buku ajar ilmu penyakit dalam jild 1 edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Syuaib, Miswani Mukani, 2015. Fisiologi. Makassar: Alauddin University Press


No comments:

Post a Comment