A.
Konsep
Medis
1.
Definisi
Luka bakar (combustio)
merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi
juga sangat mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Luka bakar disebabkan
oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh
(Giovany dkk, 2015).
Adapun pengobatan
luka bakar menggunakan obat tradisional antara lain:
a.
Penyembuhan luka bakar menggunakan daun kedondong
Dalam jurnal Medika Veterinaria tahun 2014, kecepatan dari penyembuhan
luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat yang diberikan,
jika obat tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan
cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo et
al., 2010). Salah satu upaya terapi luka bakar adalah dengan pemberian bahan
yang efektif mencegah inflamasi sekunder (Rahim , et al., 2011). Tanaman
kedondong merupakan tanaman buah atau tanaman kebun yang terdapat hampir
diseluruh daerah tropis.
Banyak manfaat pada buah, daun dan kulit batangnya misalnya untuk
pengobatan borok, kulit perih, dan luka bakar. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa daun, kulit batang, dan kulit akar kedondong mengandung
senyawa saponin, tanin, dan flavonoid. Saponin dan tanin diduga sebagai senyawa
antibakteri pada daun kedondong, selain itu saponin juga memicu pertumbuhan
jaringan kolagen. Senyawa-senyawa flavonoid merupakan kelompok senyawa
polifenol terbesar yang terdapat di alam yang bersifat sebagai antioksidan
(Frengki, 2007). Pemanfaatan daun kedondong sebagai obat luka bakar biasanya
memerlukan campuran seperti air dan santan (Hidayat, 2012).
Selain itu, ada bahan lain yang dapat digunakan sebagai campuran daun
kedondong yaitu menggunakan vaselin flavum. Dalam industri farmasi vaselin
flavum banyak digunakan sebagai bahan dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat
lemak) dipakai terutama untuk efek emolien (melindungi kulit). Dasar salep ini
bertahan pada kulit untuk waktu yang lama, tidak mudah menguap ke udara dan
sukar dicuci sehingga memperpanjang kontak obat dengan kulit, kerjanya hanya
sebagai penutup saja. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan karena mampu
mempertahankan kelembaban kulit sehingga bahan salep ini juga memiliki sifat
moisturizer dan emollient (Ansel, 2008). Informasi tersebut mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan daun kedondong dan vaselin yang
berkhasiat untuk mempercepat penyembuhan luka bakar pada tikus putih. Hasil
penelitian diharapkan akan memberi informasi ilmiah untuk menjadikan daun
kedondong dan vaselin sebagai salah satu alternatif pengobatan luka bakar.
b.
Sediaan gel topikal
Salah satu penanganan pada penderita luka bakar yaitu dengan mengobati
luka tersebut menggunakan sediaan topikal, karena jaringan yang mengeras akibat
luka bakar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat dalam bentuk sediaan oral
maupun parenteral. Pemberian sediaan topikal yang tepat dan efektif diharapkan
dapat mengurangi dan mencegah infeksi pada luka. Bentuk sediaan gel topikal
dipilih karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu, nyaman dipakai dan mudah
meresap pada kulit, memberi rasa dingin, tidak lengket, dan mudah dicuci dengan
air. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat
digunakan untuk pengobatanluka bakar diantaranya adalah pegagan Centella
asiatica L. Urban.
Pegagan merupakan salah satu tanaman herbalfamili umbilifere ae yang
telah banyak diteliti dan berkhasiat
sebagai obat luka bakar serta dapat menstimulasi kolagen pada jaringan kulit.
Selain itu ekstrak pegagan mempunyai efek sebagai antinosi septik dan antiinflamasi
yang dapat mensinergiskan pada pengobatan luka bakar. Komponen bioaktif
triterpenoid dalam pegagan yaitu asiaticoside asiatic acid madecassocide dan
madeccasic acid mempunyai kemampuan sebagai obat luka bakar antinosiseptik dan
antiinflamasi.
Berdasarkan studi pustaka senyawa yang berperan untuk pengobatan luka
bakar pada herba pegagan adalah asiaticoside, sehingga senyawa asiaticoside inilah yang dijadikan penanda
dan diharapkan kadarnya setinggi mungkin dalam fraksi ekstrak yang akan
digunakan saat formulasi. Asiaticoside merupakan senyawa glikosida
triterpenoid dan berdasarkan tingkat
kepolarannya senyawa ini berada pada fase semipolar menuju polar, sehingga pada
penelitian ini digunakan pelarut butanol untuk mendapatkan fraksi yang
diperlukan untuk pembuatan formula sediaan.
c.
Madu dan Daun Mengkudu
Khasiat
madu untuk kesehatan dijelaskan dalam Al-Qur’an antara lain:
Artinya
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”
Sebuah
penelitian menunjukkan hasil bahwa salep denganbahan aktif madu dan ekstrak
daun mengkudu memiliki efek terapi yang baik pada luka bakar derajat II
superfisial terutama pada salep ekstrak daun mengkudu 4% dan madu 2%.Hal ini
sesuai dengan beberapa teori dan penelitian yang mendukung dimana ekstrak daun
mengkudu dan madu bermanfaat dalam penyembuhan luka bakar. Rata-rata madu
tersusun atas 17,1% air, 82,4% karbohidrat total dan 0.5% protein, asam amino,
vitamin dan mineral (Khan, et al., 2007 dalam Monica Kartini, 2009). Sebagai
agen penyembuh luka, madu memiliki empat karakteristik yang efektif melawan
pertumbuhan bakteri.
Karakteristik-karakteristik
tersebut adalah :
a)
Tinggi kandungan gula
b)
Kadar kelembaban rendah
c)
Asam glukonik (yang menciptakan lingkungan asam, PH 3,2–4,5)
d)
Hidrogen Peroksida
Kadar
gula yang tinggi dan kadar kelembaban yang rendah akan membuat madu memiliki
osmolaritas yang tinggi, yang akan menghambat pertumbuhan bakteri. (Aznan,
Lelo, 2008 dalam Monica Kartini, 2009). Kandungan kimia yang terdapat dalam
daun mengkudu adalah sebagai berikut: asam amino, mineral (kalsium, besi, zinc,
magnesium, selenium, kalium, natrium, fosfor) (Suwardi, 2011), vitamin (asam
askorbat, beta karoten, niasin, riboflavin, tiamin, beta sitosterol, asam
ursolat), alkaloid (antrakuinon, glikosida, resin) (Waha, 2001), saponin,
tannins, triterpenoid, flavonoid (Nayak et al., 2009), flavone glycosides,
iridoid glycosides (Rasalet al., 2008).
Dalam
penelitian Molan (2002), madu dapat mengurangi inflamasi, edema dan penumpukan
eksudat serta memiliki efek yang bagus apabila dipakai untuk perawatan luka dan
luka bakar.Khasiat ini didapatkan dari kandungan hydrogen peroxide yang
dikeluarkan oleh lebah. Madu megandung vitamin C yang berguna untuk sintesis
kolagen. Penelitian oleh Rasal et al.,(2008), bahwa ekstrak daun mengkudu
(Morinda citrifolia) secara signifikan dapat meningkatkan kecepatan kontraksi
luka, kekuatan kulit sebagai cermin dari meningkatnya level kolagen. Diduga ekstrak
daun mengkudu berperan dalam peningkatan sintesis kolagen yang disebabkan efek
flavonoid terhadap reseptor IGF-1 di fibroblas.Selain itu, efek antibakteri
saponin kemungkinan berperan dalam mengoptimalkan pembentukan kolagen dengan
mencegah kerusakan jaringan akibat bakteri dan produknya.Hal ini juga dapat
menstimulasi respons inflamasi (Indah Puti dkk., 2013).
Pembagian luka bakar :
Sumber:
Pembagian luka bakar :
Sumber:
Balqis, ummu dkk. 2014. Proses Penyembuhan Luka Bakar Dengan Gerusan
Daun Kedondong (spondias dulcis f.) Dan Vaselin Pada Tikus Putih (rattus
norvegicus) Secara Histopatologis. Program Studi Pendidikan Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan Universtas Syiah Kuala, Banda Aceh Vol. 8 No. 1
E Doenges, Marilynn dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk perencanakan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Giovany, Lisa dkk. 2015. Profil Pasien Luka Bakar Berat Yang Meninggal Di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011 - Desember 2013. Volume 2 No. 2.
Herdman,
Heather. 2012. NANDA International.
Jakarta: EGC.
Rembulan,
Vidianka. 2015. Potency Of Honey In Treatment Of Burn Wounds. Volume 4
Nomor 1. Faculty of Medicine, Lampung University.
No comments:
Post a Comment