LUKA BAKAR (Combustio) - Mading UNSA

Mading UNSA

Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Breaking

Home Top Ad

Thursday, October 3, 2019

LUKA BAKAR (Combustio)

Hasil gambar untuk luka bakar





A.    Konsep Medis
1.      Definisi
Luka bakar (combustio) merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi juga sangat mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Luka bakar disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh (Giovany dkk, 2015).
Adapun pengobatan luka bakar menggunakan obat tradisional antara lain:
a.       Penyembuhan luka bakar menggunakan daun kedondong
Dalam jurnal Medika Veterinaria tahun 2014, kecepatan dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo et al., 2010). Salah satu upaya terapi luka bakar adalah dengan pemberian bahan yang efektif mencegah inflamasi sekunder (Rahim , et al., 2011). Tanaman kedondong merupakan tanaman buah atau tanaman kebun yang terdapat hampir diseluruh daerah tropis.
Banyak manfaat pada buah, daun dan kulit batangnya misalnya untuk pengobatan borok, kulit perih, dan luka bakar. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun, kulit batang, dan kulit akar kedondong mengandung senyawa saponin, tanin, dan flavonoid. Saponin dan tanin diduga sebagai senyawa antibakteri pada daun kedondong, selain itu saponin juga memicu pertumbuhan jaringan kolagen. Senyawa-senyawa flavonoid merupakan kelompok senyawa polifenol terbesar yang terdapat di alam yang bersifat sebagai antioksidan (Frengki, 2007). Pemanfaatan daun kedondong sebagai obat luka bakar biasanya memerlukan campuran seperti air dan santan (Hidayat, 2012).
Selain itu, ada bahan lain yang dapat digunakan sebagai campuran daun kedondong yaitu menggunakan vaselin flavum. Dalam industri farmasi vaselin flavum banyak digunakan sebagai bahan dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) dipakai terutama untuk efek emolien (melindungi kulit). Dasar salep ini bertahan pada kulit untuk waktu yang lama, tidak mudah menguap ke udara dan sukar dicuci sehingga memperpanjang kontak obat dengan kulit, kerjanya hanya sebagai penutup saja. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga bahan salep ini juga memiliki sifat moisturizer dan emollient (Ansel, 2008). Informasi tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan daun kedondong dan vaselin yang berkhasiat untuk mempercepat penyembuhan luka bakar pada tikus putih. Hasil penelitian diharapkan akan memberi informasi ilmiah untuk menjadikan daun kedondong dan vaselin sebagai salah satu alternatif pengobatan luka bakar.
b.      Sediaan gel topikal
Salah satu penanganan pada penderita luka bakar yaitu dengan mengobati luka tersebut menggunakan sediaan topikal, karena jaringan yang mengeras akibat luka bakar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat dalam bentuk sediaan oral maupun parenteral. Pemberian sediaan topikal yang tepat dan efektif diharapkan dapat mengurangi dan mencegah infeksi pada luka. Bentuk sediaan gel topikal dipilih karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu, nyaman dipakai dan mudah meresap pada kulit, memberi rasa dingin, tidak lengket, dan mudah dicuci dengan air. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat digunakan untuk pengobatanluka bakar diantaranya adalah pegagan Centella asiatica L. Urban.
Pegagan merupakan salah satu tanaman herbalfamili umbilifere ae yang telah banyak diteliti dan  berkhasiat sebagai obat luka bakar serta dapat menstimulasi kolagen pada jaringan kulit. Selain itu ekstrak pegagan mempunyai efek sebagai antinosi septik dan antiinflamasi yang dapat mensinergiskan pada pengobatan luka bakar. Komponen bioaktif triterpenoid dalam pegagan yaitu asiaticoside asiatic acid madecassocide dan madeccasic acid mempunyai kemampuan sebagai obat luka bakar antinosiseptik dan antiinflamasi.
Berdasarkan studi pustaka senyawa yang berperan untuk pengobatan luka bakar pada herba pegagan adalah asiaticoside, sehingga senyawa  asiaticoside inilah yang dijadikan penanda dan diharapkan kadarnya setinggi mungkin dalam fraksi ekstrak yang akan digunakan saat formulasi. Asiaticoside merupakan senyawa glikosida triterpenoid  dan berdasarkan tingkat kepolarannya senyawa ini berada pada fase semipolar menuju polar, sehingga pada penelitian ini digunakan pelarut butanol untuk mendapatkan fraksi yang diperlukan untuk pembuatan formula sediaan.


c.       Madu dan Daun Mengkudu
Khasiat madu untuk kesehatan dijelaskan dalam Al-Qur’an antara lain:
 
Artinya
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”
Sebuah penelitian menunjukkan hasil bahwa salep denganbahan aktif madu dan ekstrak daun mengkudu memiliki efek terapi yang baik pada luka bakar derajat II superfisial terutama pada salep ekstrak daun mengkudu 4% dan madu 2%.Hal ini sesuai dengan beberapa teori dan penelitian yang mendukung dimana ekstrak daun mengkudu dan madu bermanfaat dalam penyembuhan luka bakar. Rata-rata madu tersusun atas 17,1% air, 82,4% karbohidrat total dan 0.5% protein, asam amino, vitamin dan mineral (Khan, et al., 2007 dalam Monica Kartini, 2009). Sebagai agen penyembuh luka, madu memiliki empat karakteristik yang efektif melawan pertumbuhan bakteri.


Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
a)        Tinggi kandungan gula
b)        Kadar kelembaban rendah
c)        Asam glukonik (yang menciptakan lingkungan asam, PH 3,2–4,5)
d)       Hidrogen Peroksida
Kadar gula yang tinggi dan kadar kelembaban yang rendah akan membuat madu memiliki osmolaritas yang tinggi, yang akan menghambat pertumbuhan bakteri. (Aznan, Lelo, 2008 dalam Monica Kartini, 2009). Kandungan kimia yang terdapat dalam daun mengkudu adalah sebagai berikut: asam amino, mineral (kalsium, besi, zinc, magnesium, selenium, kalium, natrium, fosfor) (Suwardi, 2011), vitamin (asam askorbat, beta karoten, niasin, riboflavin, tiamin, beta sitosterol, asam ursolat), alkaloid (antrakuinon, glikosida, resin) (Waha, 2001), saponin, tannins, triterpenoid, flavonoid (Nayak et al., 2009), flavone glycosides, iridoid glycosides (Rasalet al., 2008).
Dalam penelitian Molan (2002), madu dapat mengurangi inflamasi, edema dan penumpukan eksudat serta memiliki efek yang bagus apabila dipakai untuk perawatan luka dan luka bakar.Khasiat ini didapatkan dari kandungan hydrogen peroxide yang dikeluarkan oleh lebah. Madu megandung vitamin C yang berguna untuk sintesis kolagen. Penelitian oleh Rasal et al.,(2008), bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia) secara signifikan dapat meningkatkan kecepatan kontraksi luka, kekuatan kulit sebagai cermin dari meningkatnya level kolagen. Diduga ekstrak daun mengkudu berperan dalam peningkatan sintesis kolagen yang disebabkan efek flavonoid terhadap reseptor IGF-1 di fibroblas.Selain itu, efek antibakteri saponin kemungkinan berperan dalam mengoptimalkan pembentukan kolagen dengan mencegah kerusakan jaringan akibat bakteri dan produknya.Hal ini juga dapat menstimulasi respons inflamasi (Indah Puti dkk., 2013).
Pembagian luka bakar :
Hasil gambar untuk pembagian luka bakar
Hasil gambar untuk pembagian luka bakar 

Sumber:
Balqis, ummu dkk. 2014. Proses Penyembuhan Luka Bakar Dengan Gerusan Daun Kedondong (spondias dulcis f.) Dan Vaselin Pada Tikus Putih (rattus norvegicus) Secara Histopatologis. Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universtas Syiah Kuala, Banda Aceh Vol. 8 No. 1
E Doenges, Marilynn dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk perencanakan dan pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Giovany, Lisa dkk. 2015. Profil Pasien Luka Bakar Berat Yang Meninggal Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011 - Desember 2013. Volume 2 No. 2.
Herdman, Heather. 2012. NANDA International. Jakarta: EGC.
Rembulan, Vidianka. 2015. Potency Of Honey In Treatment Of Burn Wounds. Volume 4 Nomor 1. Faculty of Medicine, Lampung University.



No comments:

Post a Comment