BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH) - Mading UNSA

Mading UNSA

Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Breaking

Home Top Ad

Friday, June 14, 2019

BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)


A.    PENGERTIAN
Hipertropi prostat adalah pertumbuhan yang progresif dan kelenjar prostat sebagai akibat dan proses penuaan pembesaran prostat ini dapat mengakibatkan obstruksi saluran kemih (Thomson, 1993: 1997).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pertumbuhan dan nodula-nodula fibroadenomatosa majemuk dalam prostat.
Benigna prostat hipertropi adalah tumor jinak dan kelenjar prostat bagian paling dalam (medial prostat) membesar oleh karena pembesaran ke arah tepi-tepi menimbulkan penyempitan uretra. Pembesaran tersebut dapat menyebabkan dorongan sampai ke arah basis vesika urinaria, sehingga mengakibatkan kesulitan miksi.
B.     ETIOLOGI
Penyebab secara pasti pada hipertropi prostat benigna belum jelas tetapi ada dugaan oleh faktor penuaan atau bertambahnya usia (> 50 tahun) akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron karena produksi testosteron menurun dan terjadi konveksi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adipose di perifer.
C.    MANIFESTASI KLINIK
  1. Kesulitan dan sering berkemih
  2. Retensi urin
  3. Nyeri perineal
  4. Nokturia
  5. Hematuria
  6. Sakit pinggang
  7. Nyeri panggul
  8. Oliguria (penurunan haluan win)
  9. Kelemahan, mual
D.    KOMPLIKASI
  1. Pielonefritis
2.      Gangguan fungsi ginjal
3.      Septikemia
E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  1. Pemeriksaan mikrobiologis urin untuk mendeteksi adanya berbagai infeksi yang memerlukan pengobatan.
2.      Pemeriksaan kadar urea dan kreatinin dalam darah untuk memonitor fungsi ginjal; aktivitas serum asam fosfat tidak selalu meningkat, walaupun sedikit, peningkatan yang sebentar dapat terjadi setelah dilakukan pemeriksaan perrektat ataupun kateterisasi uretra.
  1. Pemeriksaan ultrasonografi traktus urinarius digunakan untuk menilai traktus urinarius bagian atas yang mengidentifikasikan beratnya obstruksi yang terjadi.
  2. Sistoskopi untuk melihat pembesaran lobus medialis yang tidak teraba pada waktu pemeriksaan perektal.
  3. Pemeriksaan histologis sediaan hasil prostatetomi.
F.      PENATALAKSANAAN MEDIK
  1. Observasi (watchful waiting).
2.      Terapi medicamentosa; penghambat adrenergik, penghambat enzim 5 alfa reduktrasi.
3.      Terapi bedah.
a.      Transurethral Resection of the prostate (TURP)
b.      Transurethral incision of the prostate (TUIP)
c.       Prostaktetomi terbuka
d.     Prostaktetomi dengan laser

No comments:

Post a Comment