Definisi metabolisme
Metabolisme
adalah suatu proses komplek perubahan makanan menjadi energi dan panas melalui
proses fisika dan kimia, berupa proses pembentukan dan penguraian zat didalam
tubuh organisme untuk kelangsungan hidupnya. Metabolisme merupakan rangkaian
reaksi kimia yang diawali oleh substrat awal dan diakhiri dengan produk akhir,
yang terjadi dalam sel. reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme)
dan reaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi biokimia
terjadi perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi
kimia dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi
energi gerak untuk melakukan suatu aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan,
dan lain-lain (Kistinnah, 2009).
Karbohidrat
Secara umum definisi karbohidrat adalah
senyawa organik yang mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada
umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam
tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari
gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan (Hutahalung, 2004).
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen
bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk
laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di
bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui proses foto sintese di dalam
sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil). Matahari
merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari
kehidupan tidak akan dijumpai (Hutagalung, 2004).
Karbohidrat
atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil
enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak
menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi
sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang
berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%
dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%.
Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini
disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah
harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein.
Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan
sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam (Hutagalung,
2004).
Metabolisme
karbohidrat
Semua
jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan ini
terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan
transfer aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para ahli sepakat bahwa
karbohidrat hanya dapat diserap dalam bentuk disakarida. Hal ini dibuktikan
dengan dijumpainya maltosa, sukrosa dan laktosa dalam urine apabila
mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhimya berbagai jenis karbohidrat
diubah menjadi glukosa sebelum diikut sertakan dalam proses metabolisme. Proses
metabolisme karbohidrat yaitu sebagai berikut:
I. Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang
memiliki 6 atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH,
dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim yang
mengikat elektron (H), sehingga disebut sumber elektron berenergi tinggi. ATP
(adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus
fosfatnya menghasilkan energi. Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa
diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP
(Rochimah, 2009).
Glikolisis
memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung secara aerob
maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan
ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat
dari molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis
terjadi di sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan
yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan
energi dan 5 tahapan pelepasan energi. Berikut ini reaksi glikolisis secara lengkap: Dari
skema tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap penggunaan energi
adalah 2 ATP. Sementara itu, energy yang dihasilkan pada tahap
pelepasan energi adalah 4 ATP dan 2
NADH. Dengan demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis
adalah 2 ATP + 2 NADH
(Rochimah, 2009).
Proses pembentukan ATP
inilah yang disebut fosforilasi. Pada tahapan glikolisis tersebut, enzim mentransfer gugus fosfat dari substrat
(molekul organic dalam glikolisis) ke ADP
sehingga prosesnya disebut fosforilasi tingkat
substrat (Rochimah, 2009).
Gambar
reaksi glikolisis
II. Dekarboksilasi oksidatif
Tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan
CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima elektronnya.
Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke
tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan
sambungan (junction) antara glikolisis dengan siklus Krebs. Pada tahapan
ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol diubah menjadi
asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1, molekul piruvat
(3 atom C) melepaskan elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah
menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima
elektron) menjadi NADH + H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon
2 dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini adalah asetil
koenzim A, CO2, dan 2NADH (Rochimah, 2009).
Berikut gambar di bawah ini reaksi dekarboksilasi oksidatif dan reaksinya.
III. Siklus Krebs
Siklus Krebs terjadi di matriks
mitokondria dan disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini
disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan senyawa yang mempunyai gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam
isositrat. Asetil koenzim A hasi dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks
mitokondria untuk bergabung dengan asam oksaloasetat dalam siklus Krebs,
membentuk asam sitrat. Demikian seterusnya, asam sitrat membentuk bermacam-macam
zat dan akhirnya membentuk asam oksaloasetat lagi (Rochimah, 2009).
Berikut
ini tahapan-tahapan dari 1 kali siklus Krebs:
1. Asetil
Ko-A (2 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat (4 atom C) sehingga
dihasilkan asam sitrat (6 atom C).
2. Sitrat
menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas H2O dan menerima H2O kembali.
3. Isositrat
melepaskan CO2 sehingga terbentuk - ketoglutarat (5 atom C).
4. - ketoglutarat melepaskan CO2. NAD+ sebagai akseptor
atau penerima elektron) untuk membentuk NADH dan menghasilkan suksinil Ko-A
(4 atom C).
5. Terjadi
fosforilasi tingkat substrat pada pembentukan GTP (guanosin trifosfat) dan
terbentuk suksinat (4 atom C).
6. Pembentukan
fumarat (4 atom C) melalui pelepasan FADH2.
7. Fumarat
terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga membentuk malat (4 atom C).
8. Pembentukan
oksaloasetat (4 atom C) melalui pelepasan NADH. satu siklus Krebs tersebut
hanya untuk satu molekul piruvat saja.
Sementara
itu, hasil glikolisis menghasilkan 2 molekul piruvat (untuk 1 molekul glukosa).
Oleh karena itu, hasil akhir total dari siklus Krebs tersebut adalah 2 kalinya.
Dengan demikian, diperoleh hasil sebanyak 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP (ingat:
jumlah ini untuk katabolisme setiap 1 molekul glukosa).
IV. Transfer electron
Sebelum
masuk rantai tanspor elektron yang berada dalam mitokondria, 8 pasang atom H
yang dibebaskan selama berlangsungnya siklus Krebs akan ditangkap oleh NAD dan
FAD menjadi NADH dan FADH. Pada saat masuk ke rantai transpor elektron, molekul
tersebut mengalami rangkaian reaksi oksidasi-reduksi (Redoks) yang terjadi
secara berantai dengan melibatkan beberapa zat perantara untuk menghasilkan ATP
dan H2O. Beberapa zat perantara dalam reaksi redoks, antara lain
flavoprotein, koenzim A dan Q serta sitokrom yaitu sitokrom a, a3, b, c, dan c1.
Semua zat perantara itu berfungsi sebagai pembawa hidrogen/pembawa elektron (electron
carriers) untuk 1 molekul NADH2 yang masuk ke rantai transpor elektron dapat
dihasilkan 3 molekul ATP sedangkan dari 1 molekul FADH2 dapat dihasilkan 2
molekul ATP (Kistinnah, 2009).
Molekul pertama yang menerima elektron berupa . avoprotein,
dinamakan avin mononukleotida (FMN). Selanjutnya, elektron dipindahkan
berturut-turut melewati molekul protein besi-sulfur (Fe-S), ubiquinon (Q
atau CoQ), dan sitokrom (Cyst). Elektron melewati sitokrom b, Fe-S,
sitokrom c1, sitokrom c, sitokrom a, sitokrom a3, dan oksigen sebagai penerima
elektron terakhir. Akhirnya terbentuklah molekul H2O (air). Pada sistem
transportasi elektron, NADH dan FADH2 masingmasing menghasilkan rata-rata 3 ATP
dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2 NADH hasil dekarboksilasi
oksidatif masing-masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH dan 2 FADH2
hasil siklus Krebs masing-masing menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP. Jadi, sistem
transportasi elektron menghasilkan 34 ATP (Rochimah, 2009).
Setiap
molekul glukosa akan menghasilkan 36 ATP dalam respirasi. Hasil ini berbeda
dengan respirasi pada organism prokariotik. Telah diketahui bahwa oksidasi NADH
atau NADPH2 dan FADH2 terjadi dalam membrane mitokondria, namun ada NADH yang
dibentuk di sitoplasma (dalam proses glikolisis). Pada organism eukariotik, untuk
memasukkan setiap 1 NADH dari sitoplasma ke dalam mitokondria diperlukan 1 ATP.
Dengan demikian, 2 NADH dari glikolisis menghasilkan hasil bersih 4 ATP setelah
dikurangi 2 ATP. Sementara itu, pada organisme prokariotik, karena tidak
memiliki sistem membran dalam maka tidak diperlukan ATP lagi untuk memasukkan
NADH ke dalam mitokondria sehingga 2 NADH menghasilkan 6 ATP. Akibatnya total
hasil bersih ATP yang dihasilkan respirasi aerob pada organisme prokariotik,
yaitu 38 ATP (Sembiring, 2009).
V.
Glikogenesis
Kelebihan
glukosa dalam tubuh akan disimpan dalam hati dan otot (glikogen) ini disebut
glikogenesis. Glukosa yang berlebih ini akan mengalami fosforilasi menjadi
glukosa-6-phospat. Di otot reakssi ini dikatalis oleh enzim heksokinase
sedangkan di hati dikatalis oleh glukokinase. Glukosa-6-phospat diubah menjadi
glukosa-1-phospat dengan katalis fosfoglukomutase menjadi glukosa-1,6-biphospat.
Selanjutnya glukosa-1-phospat bereaksi ddengan uridin triphospat (UTP) untuk
membentuk uridin biphospat glukosa (UDPGlc) dengan katalis UDPGlc
pirofosforilase.
Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan
oleh UDPGlc membentuk ikantan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa
terminal glikogen, sehingga membebaskan UDP. Reaksi ini dikatalis oleh enzim
glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya harus ada untuk
memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer
protein yang dikenal sebagai glokogenin. Setelah rantai glikogen primer
diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11
residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1 ke
4 (panjang minimal 6 residu glukosa0
pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1 ke 6 sehingga membuat
titik cabang pad molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan
penambahan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif
bertambaah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehinggaa
akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis (Mulasari dan Tri, 2013).
VI.
Glikogenolisis
Proses perubahan glikogen menjadi
glukosa. atau kebalikan dari glikogenesis.
VII.
Glikoneogenesis
Proses pembentukan glukosa
dari senyawa prekursor karbohidrat pada jaringan hewan (hati), tumbuhan (biji)
dan mikroorganisme Pada hewan prekursor penting dalam glukoneogenesis :piruvat,
gliserol dan asam Amino Reaksi glukoneogenesis berlangsung di semua organisme dengan
pola yang sama, perbedaan terjadi pada beberapa senyawa metabolit dan sistem
pengaturannya. Perbedaan utama glikolisis dan glukoneogenesis:
Glikolisis : glukosa menjadi
piruvat
Glukoneogenesis : piruvat menjadi glukosa
Pengaturan glikolisis dan glukoneogenesis adalah secara
berlawanan. Asetil KoA akan menghambat secara allosterik pembentukan piruvat
menjadi asetil Ko A, tetapi meningkatkan piruvat menjadi oksaloasetat.
Kelebihan glukosa pada organisme akan diubah menjadi glikogen
(pada hewan), amilum, sukrosa dan polisakarida yang lain (pada tumbuhan) Glukosa
akan diubah menjadi glukosa nukleotida yakni glukosa-UDP (uridin difosfat) yang
dikatalisis oleh glikogen sintetase untuk pembentukan ikatan a1 menjadi 4,
untuk pembentukan ikatan 1 menjadi 6 oleh glikosil (1 menjadi 6) transferase
atau amilo (1 menjadi 4) menjadi (1 menjadi 6) transglikosilase Glukosa-UDP
juga merupakan substrat bagi sintesis sukrosa sedangkan glukosa-ADP merupakan
substrat bagi sintesis amilum (Najmiatul, 2011).
Fungsi
karbohidrat
Karbohidrat mempunyai peranan penting
dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna dan tekstur
(Hutagalung, 2004).
Fungsi karbohidrat di dalam tubuh
adalah:
1. Fungsi
utamanya sebagai sumber enersi (1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori) bagi
kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah langsung
menjadi enersi untuk aktifitas tubuh, clan sebagian lagi disimpan dalam bentuk
glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem syaraf
dan eritrosit, hanya dapat menggunakan enersi yang berasal dari karbohidrat
saja.
2. Melindungi
protein agar tidak dibakar sebagai penghasil enersi. Kebutuhan tubuh akan
enersi merupakan prioritas pertama; bila karbohidrat yang di konsumsi tidak
mencukupi untuk kebutuhan enersi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di
dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein
akan menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil enersi. Dengan demikian
protein akan meninggalkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Apabila keadaan ini
berlangsung terus menerus, maka keadaan kekurangan enersi dan protein (KEP)
tidak dapat dihindari lagi.
3. Membantu
metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah terjadinya ketosis
dan pemecahan protein yang berlebihan.
4. Di
dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu.
5. Beberapa
jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa rnisalnya
berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan merupakan komponen yang
penting dalam asam nukleat.
6. Selain
itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat
(dietary fiber) berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi.
Sumber:
Burnama,
Fitra Jaya. 2011. Metabolisme Protein dan
Asam Nukleat. Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh
Hutagalung,
Halomoan. 2004. Karbohidrat.
Universitas Sumatera Utara: Sumatera Utara
Kistinnah,
Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi
Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional:
Jakarta
Mulasari,
Surahma Asti dan Tri Wahyuni Sukesi. 2013. Biokimia.
Penerbit Pustaka Kesehatan: Yogyakarta
Najmiatul.
2011. Metabolisme Karbohidrat.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
No comments:
Post a Comment