A.
Defenisi Kepribadian
Kata
“kepribadian” (personality)
sesungguhnya sesungguhnya berasal dari kata latin: pesona. Pada mulanya kata
personaini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di
zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjai satu istilah
yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari
kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku
berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian
(Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem
psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.
B.
Pembentukan Kepribadian
Mengenai
pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat membedakannya
dalam dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang
dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat
hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya,
sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu.
Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi
masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau
pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya
diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur
kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap
seseorang tidaklah sama karena medianya (orang tua, saudara, media massa dan
lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang. Setiap orang tua atau media
massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang
menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula
pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman
yang khusus, yang terjadi pada dirinya sendiri.
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang
khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada status
dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri.
C.
Teori-Teori Kepribadian
Ada
empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni
teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian
behaviorisme, dan teori psikoligi kognitif.
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam
mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model kepribadian
yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik
dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu.
Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan.
Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.
Id
bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls
biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai
dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati)
memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori
psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi
naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang
berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus
mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.
Namun,
bagi Erikson meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego, menurutnya,
yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id dan
superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan,
dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti
pada teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak
dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori
sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type
theories) yang menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil
atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat
atau sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku
dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan manusia
bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk
dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom.
Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia
sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak
dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya
seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai
kemungkinan tipe fisik yang disebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada
tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki
nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan
enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat
somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat seperti berpetualang dan berani
mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang,
agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan
membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai
nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak
menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri
yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan
sulit tidur.
3. Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah
organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia
bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin
yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama
menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.
Selanjutnya,
Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol
perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pengekangan fisik (psycal restraints)
Misalnya, beberapa dari kita menutup
mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang
kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi
seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang
orang tersebut secara fisik.
b. Bantuan fisik (physical aids)
Misalnya, pengendara truk meminum
obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan
fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat
pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
c. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.
Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.
d. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess.
Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess.
e. Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)
Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
f. Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.
Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.
g. Menghukum diri sendiri (self punishment)
Misalnya, seorang mahasiswa
menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara
menyendiri dan belajar kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut
para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan
psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya,
manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari
penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling
dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan
awal dari suatu perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
D.
Tipe-Tipe Kepribadian
Pada
dasarnya setisp orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain.
Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli sejak dulu kala.
Kita mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa
dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.
1. Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang
yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu
bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
2. Sanguinicus (sanguinisi), yakni
orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu
menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap
optimistis.
3. Flegmaticus (flegmatisi), yaitu
orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-orang seperti ini sifatnya lamban dan
pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya
tidak mudah berubah.
4. Cholericus (kolerisi), yakni yang
banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun
penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa perhaian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa perhaian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
a. Tipe extrovert, yaitu orang-orang
yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan
kepada masyarakat.
b. Tipe introvert, orang-orang yang
perhatiannya lebih mengarah pada dirinya.
Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat:
berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan
lingkungan besar sekali. Mereka mudah memegaruhi dan mudah pula dipengaruhi
oleh lingkungannya. Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki
sifat-sifat : kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka
mnyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.
Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia memebagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :
Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia memebagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :
a. Atletis, dengan ciri-ciri tubuh:
besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar.
b. Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi,
kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil.
c. Piknis, dengan ciri-ciri: bulat,
gemuk, pendek, muka bulat, leher pejal.
d. Displastis, merupakan bentuk tubuh
campuran dari ketiga tipe diatas.
Tipe watak orang yang berbentuk
atletis dan astenis adalah schizothim, yang menurut Kretschmer mempunyai
sifat-sifat, antara lain : sulit bergaul, mempunyai kebiasaan yang tetap, sukar
menyesuaikan diri dengan situasi baru, kelihatan sombong, egoistis dan bersifat
ingin berkuasa, kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis, selalu berpikir
terlebih dahulu masak-masak sebelum bertindak.
Lain halnya dengan orang yang memiliki
bentuk tubuh piknis, atau tipe wataknya sering disebut siklithim. Sifat
orang-orang ini adalah mudah bergaul, suka humor, mudah berubah-ubah
stemming-nya, mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, lekas memaafkan
kesalahan orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen.
E.
Pengukuran-Pengukuran Kepribadian
Sifat
kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari
(self-report)kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran
kepribadian seutuhnya (personality inventory, serangkaian instrumen yang
menyingkap sejumlah sifat). Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau
menyelidiki kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :
1. Observasi Direct
Observasi
direk berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai sasaran yang
khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek.
Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan
munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi
biasa mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu.
Observasi
direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat
replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.Ada
tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu:
a. Time Sampling Method
Dalam
time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu tertentu.
Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons, atau aspek
tertentu.
b. Incident Sampling Method
Dalam
incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku dalam
berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan dari Ibu
tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok makan, dan
sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi perhatian adalah
tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut setelah respons.
c. Metode Buku Harian Terkontrol
Metode
ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah laku yang
khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri. Misalnya mengadakan
observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat penggunaan metode ini, antara
lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang cukup inteligen dan lebih jauh
lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
Menilai
kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka dan
berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi
kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview
Stress
interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan
terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui
seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah
tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu
yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar.
b. Exhaustive Interview
Exhaustive
Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama; diselenggarakn
non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka dibidang
kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
3. Tes proyektif
Cara
lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes
proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau
hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang
kepada testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang
disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika
kepada subjek diberikan tugas yang menunut penggunaan imajinasi, kita dapat
menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir. Jika
melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya, memantulkan
(proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif. Jenis yang
termasuk tes proyektif adalah:
a. Tes Rorschach
Tes
yang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss, Hermann Rorschach, pada
tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-masing menampilkan bercak
tintan yang agak kompleks. Sebagian bercak itu berwarna; sebagian lagi hitam
putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan kepada mereka yang mengalami
percobaan dalam urutan yang sama. Mereka ditugaskan untuk menceritakan hal apa
yang dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu. Meskipun noda-noda itu
secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang mereka berikan berbeda
satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang mengalami percobaan itu
memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisis dari sifat jawaban yang
diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenai susunan kepribadiannya.
b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT), dikembangkan di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai pikiran dan perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar itu, dan bagaimana episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis respon terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang yang bisa mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT), dikembangkan di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai pikiran dan perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar itu, dan bagaimana episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis respon terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang yang bisa mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.
4. Inventori Kepribadian
Inventori
kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan reaksi
atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara
terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan
jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali dengan
bantuan komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian
mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat
kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori
kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian
seseorang ialah: (a) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b)
Rorced-Choice Inventories, dan (c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W
Temperament Scale).
a. Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI)
MMPI
terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi emosional, gejala
fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap
pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak dapat mengatakan”.
b. Rorced-Choice Inventories
Rorced-Choice
Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk klasifikasi tes yang
volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat memilih pilihan yang
lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar, tidak ada yang salah
(Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih pilihan yang lebih
disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya, sikapnya, atau pandangan
hidupnya.
c. Humm-Wadsworth Temperament Scale
(H-W Temperament Scale)
H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
1) Schizoid Autistik, mempunyai
tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih mengarah pada khayalan.
2) Schizoid Paranoid, mempunyai
tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa dirinya penting.
3) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil
dengan semangat berkobar.
4) Cycloid Depress, emosinya tak stabil
dengan retardasi dan pesimisme.
5) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan
dengan tendensi kriminal.
6) Epileptoid, dengan antusiasme dan
aspirasi yang bergerak terus.
H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.
H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.
F.
Gangguan Kepribadian
Gangguan
kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa kanak-kanak,
masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola
perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang
kaku terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas. Penggolongan atau
klasifikasi gangguan kepribadian bermacam-macam, yaitu:
1. Kepribadian Paranoid
Kepribadian paranoid adalah gangguan
kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang lain selalu dilihat
sebagai agressor, ingin merugikan, ingin menyakiti, ingin mencelakai,
membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia bersikap sebagai pemberontak untuk
mempertahankan harga dirinya. Penderita umumnya ditinggalkan teman-temannya dan
mendapatkan banyak musuh. Gangguan kepribadian paranoid dibagi dua, yaitu:
a. Kepribadian yang mudah tersinggung,
bereaksi terhadap pengalaman sehari-hari secara berlebihan dengan rasa menyerah
dan rendah diri, serta cenderung menyalahkan orang lain tentang pengalamannya
itu.
b. Kepribadian yang lebih agresif,
kasar, serta sangat peka terhadap apa yang dianggap haknya. Cepat tersinggun
bila haknya dilanggar dan sangat gigih dalam mempertahankan haknya tersebut.
Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan, cepat merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan adanya negatif, serta mudah sekali tersinggung.
Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan, cepat merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan adanya negatif, serta mudah sekali tersinggung.
2. Kepribadian Afektif/Siklotim
Ciri
utama dari kepribadian siklotim adalah keadaan perasaan dan emosinya yang
berubah-ubah antara depresi dan euforia.
3. Kepribadian Skizoid
Sifat-sifat
kepribadian ini adalah pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri, menghindari
kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara menyesuaikan diri
dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri, mengasingkan diri, dan
juga sering berperilaku aneh (ekstrinsik). Pemikirannya autistik (hidup dalam
dunianya sendiri), melamun berlebihan, dan ketidamampuan menyatakan rasa
permusuhan.
4. Kepribadian Eksplosif
Ciri
utama tipe ini adalah diperlihatkannya sifat tertentu yang lain dari
perilakunya sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah dan agresivitas, sebagai
reaksi terhadap stres yang dialaminya (walaupun mungkin stresnya sangat kecil).
Segera sesudah itu biasanya ia menyesali perbuatannya.
5. Kepribadian Anankastik
Ciri
utama tipe kepribadian ini adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku, pemalu,
disertai dengan pengawasan diri yang tinggi. Orangnya tdak kompromis serta
sangat patuh (bahkan berlebihan) pada nora-norma, etika, dan moral. Orang
dengan kepribadian ini sering terlambat unutk menikah, karena tuntutannya
terlalu tinggi dan takut/ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
6. Kepribadian Histerik
Ciri
utama kepribadian ini adalah sombong, egosentrik, tidak sabilnya emosi, suka
menarik perhatian denga afek yang labil, sering berdusta dan menunjukkan
pseudologika fantastika (menceritakan secara luas, terperinci, dan kelihatan
masuk akal padahal tanpa dasar fakta atau data. Ia dapat menyatakan perasaannya
secara tepat dan sering disertai dengan gerakan badaniah dalam berkomunikasi.
7. Kepribadian Astenik
Ciri
utamanya hidup tidak bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga sepanjang
kehidupannya. Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang normal dalam
kehidupan sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat rendah. Terdapat
abulia atau kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu menikmati sesuatu).
8. Kepribadian Anti Sosial
Ciri
utamanya ialah bahwa perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan ornag lain
atau lingkungannya. Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma sosial, tidak
toleran terhadap kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan ornag lain dengan
rasionalisasi. Ia egosentris, idka bertangung jawab, impulsif, agrsif, kebal
terhadap rasa sakit, dan idak mampu belajar dari pengalaman ataupun hukuman
yang diberikan.
9. Kepribadian Pasif-Agresif
Tipe
ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kepribadian pasif dependen, orang
dengan tipe kepribadian ini selalu berpikir, merasa, dan bertindak bahwa
kebutuhannya akan ketergantungannya itu dapat dipenuhi scara menakjubkan.
b) Kepribadian pasif agresif, orang
dengan tipe ini merasa bahwa kebutuhan akan ketergantungan tidak pernah terpenuhi.
Ia menunjukkan penangguhan dan sikap keras agar diterima dengan murah hati apa
yang diharapkannya degan sangat. Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat
pasif dan agresif. Agresifitas dapat dinyatakan secara pasif dengan cara
bermuka masam, malas, menyabot, dan keras kepala. Perilaku ini merupakan
pencerminan dari rasa permusuhan yang dinyatakan secara tertutup, atau rasa
tidak puas terhadap seseorang/sesuatu yang kepadanya ia sangat menggantungkan
dirinya.
10. Kepribadian Inadequat
Ciri
utama tipe ini adalah ketidakmampuannya secara terus menerus atau
berulang-ulang untuk memenuhi harapan atau tuntutan teman atau sebayanya atau
kenalannya. Baik dalam respon emosional, intelektual, sosial, maupun fisik.
Penderta sendiri tidak merasakan sebagai bebean karena dianggapnya wajar dan
harus diterima sebagaimana adanya. Orang dengan tipe ini biasanya juga empunyai
kehidupan yang tak terprogram, tidak mampu melaksanakan tugas, serta tidak mau
dipaksa untuk melakukan sesuatu.
Sumber:
Sobur, Alex, Drs, M.Si. 2003.
Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang. Baihaqi, MIF, Drs, M.Si, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Bandung: PT Refika Aditama.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang. Baihaqi, MIF, Drs, M.Si, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Bandung: PT Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment